Waspadai Medsos Dijadikan Media Propaganda Politik


Nicholas J. O'Shaughnessy (2004) dalam bukunya Politics and Propaganda: Weapons of Mass Seduction mengungkapkan bahwa propaganda cenderung dikaitkan dengan proses kemasyarakatan umum di mana persuasi dianggap sebagai proses psikologis individu.

Propaganda adalah saran massa, dan targetnya adalah orang banyak. Bahasa politik memiliki dua strategi penting, yang satu bersifat emotif, yang menggunakan retorika emosional (propaganda), yang lainnya pasif (rasional dan infomasional). Propaganda tentu bukan persuasi rasional.

Smith et al. (1946) berpendapat bahwa propaganda berkaitan dengan sikap pada isu-isu kontroversial. Kebanyakan propaganda lebih bersifat emosional daripada rasional dalam konten.

Emosi adalah inti dari propaganda. Propaganda adalah cara memediasi tanggapan kita terhadap fenomena sosial dan hubungan kita dengan masyarakat.

Propaganda bertujuan untuk mempengaruhi pendapat orang atau sekelompok orang. Propaganda dapat mengandung informasi yang benar namun dapat juga menyesatkan karena informasi yang disampaikan tersebut tidak semua disampaikan.

Propagandis yang menyampaikan propaganda biasanya memberikan fakta yang menguntungkan dirinya sedangkan fakta menyangkut pemberitaan buruk tentang diri atau kelompoknya bisa sengaja disembunyikan. Tujuannya untuk membuat citra diri dan kelompoknya semakin terlihat baik di mata publik.

Akan semakin berbahaya jika media sosial pun kemudian dijadikan alat untuk mempropagandakan hoaks dan berita bohong,  plus ujaran kebencian.  Propaganda diviralisasi untuk menyuluk emosi warganet. 

Maka dari itu,  warganet harus lebih hati-hati memilah dan membagikan informasi. Harus ada klarifikasi terlebih dahulu apakah sebuah informasi valid dan tidak berbau propaganda politik,  atau hanya hoaks dan ujaran penyuluk emosi semata.

0 Komentar

close