Ketimbang Ribut Poligami, Aceh Perlu Genjot Investasi dan Industri


Jakarta - Aceh dinilai punya prioritas yang lebih penting ketimbang ribut–ribut masalah poligami, yang mana pemerintah provinsinya sedang mengatur hukum keluarga yang di dalamnya ada aturan memperbolehkan poligami demi mengurangi praktek nikah siri.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, hal pertama yang perlu jadi prioritas adalah menarik investasi ke sektor padat karya.

"Salah satunya adalah menarik investasi ya khususnya di sektor industri manufaktur yang padat karya," katanya saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (8/7/2019).

Berkaitan dengan itu, dibutuhkan pembangunan infrastruktur pendukung sektor industri. Menurut dia infrastruktur tersebut di Aceh perlu diperbaiki demi mengundang investasi masuk.

Berikutnya adalah hilirisasi industri. Selama ini Aceh dinilai masih begitu bergantung dengan sektor komoditas tanpa nilai tambah sehingga sangat bergantung harga di internasional. Ketika harga internasional anjlok tentu pendapatan masyarakatnya ikut turun.

Oleh karenanya, Bhima mencontohkan, Aceh terkenal dengan komoditas kopinya. Nah, kopi di Aceh ini kalau hanya dijual dalam bentuk biji kopi saja nilai tambahnya relatif rendah. Menurut dia harus ada proses pengolahan agar ketika diekspor ada nilai tambahnya.

"Pengolahannya dalam bentuk bubuk mungkin, atau brand yang Aceh sendiri, sehingga kalau bisa, menembus pasar ekspor yang lebih luas," ujarnya.

Disamping itu, sektor pariwisata di Aceh juga belum optimal dikembangkan. Perlu ada upaya khusus dalam mendorong pertumbuhan turis di sana, misalnya dengan promosi, pasalnya Aceh menyimpan potensi pariwisata yang cukup bagus.

"Tapi pengelolaannya perlu didorong lagi dengan banyaknya promosi, pembenahan infrastruktur pariwisata, kemudian juga perbanyak event–event tourism internasional untuk menarik wisatawan asing ke sana," tambahnya.


Sumber

0 Komentar

close