Orangutan Terkapar di Kebun Sawit, 24 Peluru di Badannya hingga Mata Buta


Seekor orangutan Sumatera atau Pongo Abelii dievakuasi dari salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, pada Rabu (20/11/2019).

Orangutan itu dievakuasi oleh tim The Human–Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU) bersama tim dari BKSDA Aceh karena mengalami kebutaan.

“Memang kondisinya sudah berada di tanah, seperti tidak bisa melihat dan berada di dalam perkebunan kelapa sawit masyarakat,” kata Pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL–OIC), Panut Hadisiswoyo, Kamis (27/11/2019).

Menurutnya, orangutan tersebut dalam kondisi terdesak dan tidak memiliki kemampuan bisa bertahan hidup.

Saat menemukannya, tim mencurigai orangutan tersebut tidak bisa melihat atau buta. Dari situ kemudian tim membiusnya.

“Tim mencurigai matanya mengalami kebutaan akibat kontraksi dengan benda tajam dan juga infeksi akibat benda tajam, atau peluru (senapan angin),” ujarnya seperti diberitakan Kabarmedan.com—jaringan Suara.com.

Dugaan adanya peluru senapan angin, kata dia, sudah terkonfirmasi dari pihak Sumateran Orangutan Conservation Programme (SOCP).

SOCP adalah pengelola Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang.

“Di dalam tubuh orangutan itu ada 24 peluru senapan angin di mana dari 24 peluru itu, 16 berada di kepala, termasuk di bagian wajah orangutan,” katanya.

Panut menjelaskan, lokasi tersebut berdekatan dengan Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang mejadi habitat orangutan sumatera di wilayah Aceh Selatan. Kawasan tersebut, kata dia, menjadi habitat lebih dari 1.300 orangutan sumatera.

“Ada beberapa tempat yang terjadi deforestasi, pembukaan lahan perkebunan sehingga beberapa orangutan terdesak harus keluar dari habitat alaminya, sehingga tersesat di dalam kebun,” katanya.

Selanjutnya, terjadilah banyak interaksi dengan manusia. Menurutnya, istilah konflik sedikit radikal karena sebenarnya orangutan kehilangan habitatnya mendapatkan interaksi yang sangat frontal.

“Sehingga ada beberapa masyarakat yang melihatnya sebagai hama dan satwa menakutkan, tidak ada toleransi,” katanya.

Ia menjelaskan, setelah dievakuasi dan diperiksa, orangutan tersebut dibawa ke Pusat Karantina Orangutan Batu Mbelin untuk melakukan proses penyembuhan.

Menurutnya, kondisinya tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan atau dikembalikan ke habitat aslinya di SM Rawa Singkil.

“Tapi saya tidak yakin matanya sudah buta dan bisa pulih kembali,” katanya.

0 Komentar

close