Konflik Harimau dan Manusia di Aceh, Turun ke Permukiman dan Warga Takut Keluar Rumah


Untuk pertama kali dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menyelamatkan seekor harimau Sumatera yang kerap berkeliaran di wilayah permukiman warga dan memangsa ternak.

Sepanjang tahun 2020, sudah tercatat delapan kasus konflik antara harimau dan manusia di provinsi Aceh, angka yang tinggi dibandingkan sembilan kasus yang terekam sepanjang 2019.

Konflik harimau–manusia di Singgersing, dan Darul Makmur di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh, sudah teridentifikasi sejak pertengahan Februari hingga saat ini.

Kamera jebakan merekam tiga ekor harimau yang terdiri dari satu induk dan dua pra dewasa.

"Kami sudah melakukan berbagai upaya dari patroli dan imbauan kepada masyarakat, namun harimau itu masih berkeliaran, satu di antaranya mengalami luka jerat di kaki bagian depan," kata Agus Arianto Kepala BKSDA Aceh Sabtu (7/3/2020).

Agus mengatakan, sampai saat ini masyarakat secara swadaya bersama dengan tim penyelamatan harimau masih berupaya menangkap dua harimau yang masih berkeliaran dekat permukiman warga dengan menggunakan perangkap kandang.

Satu di antaranya terluka di bagian kaki yang diduga karena jerat.

"Secara jujur kita mengatakan belum memiliki data (terbaru) jumlah harimau, namun data terakhir tahun 2015 (menunjukkan) sekitar 90 populasi harimau di wilayah konservasi," jelas Agus Arianto.

Agus menyatakan tim penyelamatan BKSDA berencana melepasliarkan satu harimau yang sudah berhasil ditangkap. Sebelum pelepasliaran, pihaknya masih mengecek kesehatan harimau tersebut.

"Kita masih berupaya untuk menangkap yang kakinya luka. Selain faktor alih fungsi lahan yang mengganggu habitat satwa, luka kaki ini juga bisa menjadi faktor harimau turun ke permukiman, karena pergerakan yang lambat, makanya mereka mencari makanan yang mudah dimangsa," terang Agus.

0 Komentar

close