Tujuh Provinsi Sudah Nol Kasus Baru Covid–19


Tujuh provinsi dilaporkan tidak ada penambahan kasus baru 19. Ketujuh provinsi itu adalah Aceh, Jambi, Kepulauan Riau, Lampung, Riau, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 18 provinsi melaporkan kurang dari 10 kasus positif 19. Namun, beberapa provinsi lain masih cukup banyak kasus baru.

“Penambahan kasus baru pada beberapa provinsi yang cukup tinggi, yaitu di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah,” ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan 19 Achmad Yurianto, saat menyampaikan keterangan pers melalui akun YouTube BNPB di Jakarta, Selasa (16/6) kemarin.

Jawa Timur melaporkan 245 kasus baru, Sulawesi Selatan melaporkan 175 kasus baru, Kalimantan Selatan melaporkan 169 kasus baru, DKI Jakarta melaporkan 101 kasus baru, dan Jawa Tengah melaporkan 56 kasus baru. Hingga Selasa (16/6), jumlah pasien 19 secara keseluruhan bertambah 1.106 menjadi 40.400 orang.

Penambahan kasus baru cukup tinggi di beberapa daerah karena pemeriksaan semakin masif. Selain itu, penelusuran kontak juga kian ditingkatkan. Sementara itu, jumlah pasien yang sembuh bertambah 580 menjadi 15.703. “Untuk kasus meninggal dunia bertambah 33 kasus. Sehingga totalnya menjadi 2.231,” papar Yurianto.

Sementara itu, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan 19, Doni Monardo menegaskan protokol kesehatan adalah harga mati selama masa pandemi. Menurutnya, masyarakat merupakan garda terdepan dalam penanganan 19.

Sementara rumah sakit dan dokter adalah benteng terakhir dalam menangani pandemi 19. “Sebagai garda terdepan, yang dilakukan masyarakat adalah memprioritaskan dan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.”Benteng pertama adalah diri sendiri,” tegas Doni.

Protokol kesehatan itu adalah antara lain memakai masker, rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, atau menggunakan penyanitasi tangan. Jaga jarak juga harus maksimal dilakukan untuk mencegah penularan 19 antarmanusia.

Hal senada juga disampaikan anggota Tim Pakar Laboratorium dan Riset Gugus Tugas Percepatan Penanganan 19, Budiman Bela. Dia menjelaskan rumah sakit harus ikut berperan membantu penanganan epidemiologi melalui penelusuran kontak pasien 19.

“Rumah sakit bisa membantu dengan turun ke masyarakat. Atau berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan puskesmas untuk menelusuri kontak pasien 19,” kata Budiman di Jakarta, Selasa (16/6).

Menurutnya, jumlah spesimen 19 yang diperiksa setiap hari masih fluktuatif. Padahal, jumlah laboratorium yang bisa memeriksa spesimen sudah cukup banyak.

Karena itu, pasokan spesimen dari lapangan melalui penelusuran kontak pasien 19 harus semakin agresif. Terutama bagi seseorang yang mungkin terinfeksi tetapi tidak terindentifikasi.

Pelaksana Tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, Abdul Kadir menerangkan, potensi laboratorium yang ada sudah mampu memeriksa hingga 30.900 spesimen per hari.

“Pemerintah menargetkan pemeriksaan 20.000 spesimen per hari. Kalau tidak melakukan penelusuran kontak secara agresif, tidak akan bisa. Karena itu, perlu kerja sama banyak pihak dalam melakukan penelusuran kontak ini,” lanjut Kadir.

Dia menyebut realisasi pemeriksaan spesimen saat ini paling banyak masih 19 ribuan per hari. Dengan potensi laboratorium yang mampu memeriksa hingga 30.900 spesimen per hari, berarti masih ada 10 ribu potensi yang belum maksimal.

Karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan akan mengoptimalkan kinerja laboratorium yang ada dengan memperpanjang jam kerja hingga 12 jam per hari.

0 Komentar

close