Mahasiswa Pidie Demo Kantor Bupati Pidie, Ini Sebabnya

Mahasiswa dari berbagai kampus di Kabupaten Pidie menggelar demonstrasi di Kantor Bupati Pidie, Kamis, 24 September 2020. Mereka menilai Pemerintah Pidie tidak prorakyat.

Aksi dalam rangka peringatan Hari Tani itu berlangsung damai, diikuti seratusan mahasiswa tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pidie, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unigha. Mereka bergerak sekitar pukul 09:00 WIB dari Bundaran Simpang Empat Terminal hingga Kantor Bupati Pidie.

Para orator aksi secara bergantian menyampaikan kekecewaannya terhadap program pemerintah selama kepemimpinan Roni Ahmad (Abusyik) dan Fadhlullah TM. Daud yang dinilai tidak pro terhadap kepentingan rakyat, lebih khusus petani. Padahal, dalam visi dan misi Abusyik, program utama memperbaiki nasib petani.

Pengunjuk rasa itu kecewa lantaran tidak dapat berjumpa bupati untuk menyampaikan aspirasi mereka. Hanya Sekda Pidie Idhami yang menjumpai peserta aksi. Jawaban Sekda tentang serius dan fokus memikirkan nasib petani semakin membuat peserta demo kecewa dan berteriak, “Abusyik mana, Abusyik mana”.

Koordinator aksi, Mustafa Kamal, dalam orasinya mengatakan pihaknya menggelar aksi untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah terhadap petani yang selama ini terus mengeluh kesulitan air, dan pupuk langka. Akan tetapi, pemerintah dinilai tidak pernah menyahuti keluhan petani kecil.

"Petani menjerit dengan kondisi lahan tidak ada air karena saluran irigasi yang rusak. Pupuk langka dan lahan semakin ciut akibat berubah fungsi lahan produktif untuk bangunan lain. Tidak pernah didengar oleh bupati dan kabinetnya," kata Mustafa Kamal.

Ketua HMI Pidie, Mahdal Abdullah, dalam orasinya mengaku pihaknya menginginkan berjumpa langsung dengan Abusyik untuk menyampaikan aspirasi rakyat. Namun, ketika aksi digelar baik bupati dan wakil bupati tidak ada ditempat.

"Program ‘Gla Bang dan Laot’ pada visi dan misi Abusyik harus bisa dipertanggungjawabkan. Karena program itu hingga tiga tahun pemerintah berjalan, belum ada realisasi di lapangan. Untuk itu kami datang ingin meminta jawaban pemerintah," seru Mahzal disambut teriakan “pemerintah hanya pikir perut sendiri”.

Jika belum jumpa Abusyik, peserta aksi mengaku akan bertahan di kantor bupati hingga orang nomor satu di Pidie itu datang menjumpai mereka.

Para peserta aksi mengusung sejumlah poster bertuliskan nada kritikan. Di antaranya, “Tamita baja lagei tamita scater (sulitnya mendapatkan pupuk seperti mendapatkan scatter)”, “peugah lagei buet peubuet lageina”. 

Sumber: portalsatu

0 Komentar

close