Real Count KPU Makin Menentukan

Pergerakan data masuk dalam Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) Komisi Pemilihan Umum (KPU) makin menentukan kemenangan Ir Joko Widodo–Ma’ruf Amin. Hingga Minggu pagi, ketika data masuk sudah mencapai lebih dua pertiga jumlah suara pemilih, hampir tak mungkin lagi pasangan Prabowo Subianto–Sandiaga Salahuddin Uno untuk mengejarnya.


Dalam beberapa hari mendatang, sebelum peresmian hasil akhir penghitungan suara Pemilu/Pilpres diputuskan pada 22 Mei nanti, masyarakat sudah bisa memastikan bahwa pasangan Jokowi–MA akan terpilih sebagai Presiden/Wapres. Namun KPU juga masih melakukan penghitungan suara untuk para calon anggota legislative yang sangat menyita waktu dan konstrasi mereka.

Perhatian public ternyata lebih banyak menyoroti penghitungan suara untuk Capres dan Cawapres. Dimana–mana orang masih memperhatikan gerak data situng KPU karena ini merupakan satu–satunya sumber data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. KPU sudah memasuki tahap rekapitulasi perolehan suara di tiap–tiap provinsi.

Hingga Minggu (12/5) pukul 09.30 WIB penghitugan suara sudah mencapai 632.183 dari 813.350 TPS atau 77,72 persen. Pasangan Jokowi–Ma'ruf memperoleh lebih dari 67,01 juta suara atau 56,3 persen, sementara pasangan Prabowo–Sandi mndapatkan 52 juta suara atau 43,7 persen. Selisih perolehan suara kedua pasangan calon adalah lebih dari 15 juta suara.

Hingga kemarin sudah beberapa provinsi yang selesai rekapitulasi suaranya seperti Bengkulu, Bali, dan Gorontalo. Dalam angka sementara, Jokowi–Ma'ruf unggul di sejumlah provinsi, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Utara, hingga Papua. Sedangkan Prabowo–Sandi sementara ini unggul di Sumatera Barat, Jambi, Aceh, Banten, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).

Situng hanya alat bantu yang dipilih oleh KPU untuk memberikan informasi yang cepat terkait penghitungan suara kepada masyarakat. Jika ditemukan kesalahan entry data, hal itu bukan berarti curang, melainkan human error. KPU justru meminta publik untuk ikut aktif mengawasi Situng, supaya entry data dipastikan benar.

Kita berkepentingan bahwa KPU memperbaiki system kerjanya agar kesalahan–kesalahan dalam data entry bisa dikurangi. Sebab hal tersebut telah menjadi bahan pergunjingan yang tidak ada selesainya terutama oleh pihak yang merasa dirugikan. Ditambah lagi dengan banyaknya petugas KPU yang meninggal dunia maka pergunjingan di masyarakat, baik melalui media social maupun berbagai diskusi, makin ramai.

Kita tidak ingin terjadi politisasi dan pengalihan isyu yang tidak proporsional. Sebab isyu kecurangan dan ketidakjelasan penyebab kematian hamper 600 petugas KPPS bisa sangat mengganggu, bahkan menggelinding kearah situasi yang tidak kita inginkan bersama. Demonstrasi yang berlangsung ke KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pekan lalu memperlihakan arah reaksi public yang tidak puas terhadap situng KPU tersebut.

Namun demikian, kita harus selalu optimistis menghadapi situasi ke depan. Kita memperkirakan ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi setelah pengumuman KPU pada 22 Mei yang akan datang:

Pertama, data KPU tidak bisa dibantah lagi sehingga mampu menetapkan pasangan Jokowi–MA sebagai pemenang Pilpres dan akan menjadi Presiden dan Wapres periode 2019–2014. Pasangan Prabowo–Sandi Uno akan menerima keputusan KPU tersebut dan mengakui kekalahannya sehigga seluruh pendukungnya pun menerimanya.

Kedua, terjadi koreksi atas penghitungan KPU bila terdapat fakta–fakta mengenai penyimpangan dalam Situng. Koresi bisa diajukan oleh pihak yang terkait atau Bawaslu yang menerima laporan masyarakat. Namun koreksi suara diperkirakan tidak akan mengubah hasil akhir karena selisih yang sangat besar. Perdebatan bisa berlanjut namun tidak akan mengganggu kondusifitas suasana politik nasional.

Ketiga, upaya gugatan dengan dalih–dalih hukum bisa berlarut–larut dan mempengaruhi opini public terhadap keabsahan hasil Pilpres. Apalagi bila terajdi tekanan massa yang sangat besar, yang gejalanya sudah bisa kita lihat saat ini. Namun sepanjang aparat penegak hukum bekerja professional, tidak akan terjadi eskalasi yang bisa mengganggu kondusifitas politik nasional.

Kita mengharapkan yang terbaik akan terjadi demi masa depan bangsa dan Negara Indonesia yang maju dan sejahtera. Pemilu dan Pilpres memang pertaruhan politik dan telah menyita tenaga, pikiran dan dana yang sangat besar serta menguras emosi masyarakat. Namun kita mengimbau para pemimpin untuk tetap berkepala dingin sehingga tidak menempuh keputusan yang bisa menjurumuskan bangsa dan Negara ke arah yang lebih buruk.(*)

0 Komentar

close