Jutaan Manusia Salatkan Mbah Moen


Jutaan umat muslim dari berbagai penjuru dunia, Selasa (6/8) melakukan salat jenazah untuk KH Maemoen Zubair di Masjidil Haram, Tanah Suci Makkah. ''Sekitar pukul 13.10 waktu Arab Saudi, bakda shalat Zuhur di Masjidil Haram, jutaan manusia menshalatkan Mbah Moen,'' kata KH Sholahuddin Masruri, pengasuh pondok pesantren Hikmah2, Benda, Sirampog, Brebes.

Setelah disalatkan, jenazah pengasuh Pondok Pesantren Anwar, Sarang, Rembang itu dimakamkan di Pemakaman Umum Ma'la. ''Jamaah haji biasa, umumnya sekarang dimakamkan di pemakaman Suroya, kawasan Mina. Tetapi khusus untuk Mbah Moen di Ma'la,'' kata Gus Sholah.

Kiai Maemoen dimakamkan satu kompleks dengan istri pertama Rasulullah saw Siti Hadidjah, Sayyid Muhammad Maliki Hasani, Sayyid Abbas Maliki AlHasani dan KH Muslih Abdurrahman bin Qasidhil Haq pendiri pondok pesantren Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, Demak.

Banyaknya pentakziah yang ingin memberi penghormatan kepada Mbah Moen sampai mereka tidak bisa masuk ke Pemakaman Ma'la. Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, dan Duta Besar Arab Saudi, Agus Mafuth Abegebriel, juga tertahan di luar pagar makam tersebut.

Duta Besar Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel melalui telepon mengatakan, bangsa Indonesia dan seluruh dunia kehilangan Mbah Moen. Saat dia bertemu terakhir dengan KH Maemoen Zubair, dua hari lalu, Mbah Moen sudah memberikan isyarat tentang wafatnya tersebut. ''Aku nemoni tamu sing terakhir, mulane kudu rada suwe (Saya menemui tamu yang terakhir, makanya harus agak lama),'' kata Mbah Moen, seperti ditirukan Duta Besar itu.

Isyarat kematian Mbah Maemoen juga disampaikan salah seorang putranya Majid Kamil Maemoen Zubair. Mbah Moen pernah menyampaikan keinginannya untuk meninggal di Mekah. "Lewat orang dekatnya, beliau mengatakan bahwa kepingin meninggal di Mekah. Makanya dari sini juga keluarga yang tadinya ini banyak saran untuk diambil saja ke Indonesia, tapi keluarga hatinya melihat itu juga, mantapnya dimakamkan di Makkah," kata Kamil, kepada wartawan, Rembang, Selasa (6/8).

Tak hanya lokasi wafat yang disebut Kamil menjadi keinginan oleh Mbah Moen. Hari Selasa juga menurutnya adalah hari yang paling sering sebut oleh Mbah Moen.

Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin melepas jenazah Mbah Moen di kantor Daker Mekkah, sebelum disalatkan di Masjidil Haram. Dalam sambutannya, Lukman mengingatkan, bahwa meski kita dilanda kesedihan mendalam atas kepergian Mbah Moen, namun harus tetap punya keikhlasan untuk melepas beliau.

"Kita berkumpul di sini untuk mengantar kepulangan almarhum KH Maimoen Zubair. Guru kita, ulama kita, pengayom dan pembimbing kita, yang hari ini dipanggil oleh Allah SWT untuk pulang," kata Menag.

"Kita pasti bersedih, tapi yakinlah bahwa ini adalah saat yang beliau nantikan, dalam beberapa kesempatan inilah saat yang beliau nantikan untuk berpulang ke kehadirat Allah. Maka marilah kita mengantar kepulangan beliau meski dengan kesedihan mendalam tetapi marilah kita ikhlas untuk mengantarkan dan mendoakan beliau berpulang Husnul Khotimah," lanjutnya.

Ikut Belasungkawa

Rektor UIN Walisongo, Prof Dr Imam Taufiq MAg ikut belasungkawa dan amat berduka atas wafatnya KH Maimoen Zubair di Makkah Al Mukaromah, Selasa (6/8). Mbah Maimun dikenal sebagai ulama kharismatik yang menjadi rujukan semua warga bangsa Indonesia dan dunia dalam hal agama dan kebangsaan.

"UIN Walisongo sangat kehilangan poros bumi yang menjadi tiang keagamaan dan keindonesiaan" tegas Imam Taufiq.

Mbah Maimun, lanjutnya, ikut menjaga kokohnya Indonesia dan dunia. Beliau selain ulama juga seorang figur yang sejuk, arif, wira'i dan penyebar kedamaian.
UIN Walisongo sebagai kampus yang berbasis riset sangat mengapresiasi dan merasakan model dakwah Mbah Maimun. Beliau jadi tauladan bangsa Indonesia dalam menjadikan negara Pancasila yang diejawantahkan dalam berbagai kehidupan bermasyarakat.

Dakwah model Mbah Maimoen sangat menyentuh hingga basis masyarakat karena menggunakan bahasa yang khas pesantren, yang bisa diterima oleh kalangan mana pun, bahkan tingkat elit. Beliau dapat memberikan pencerahan dalam merajut bangsa Indonesia menjadi negara yang damai dan rukun.


0 Komentar

close