Presiden Prancis Macron: Erdogan Tunjukkan Sikap Berperang

Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menunjukkan rasa hormat dan tidak berbohong.

Macron juga menganggap Turki menunjukkan sikap berperang terhadap sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Prancis dan Turki merupakan sama-sama anggota NATO.

"Turki memiliki sikap permusuhan terhadap sekutu NATO," katanya dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera yang disiarkan Sabtu (31/10) seperti dikutip dari AFP.

Dia mengatakan bahwa Prancis menginginkan segala sesuatunya "tenang". Karena itu dia menyerukan Erdogan menghormati Prancis, menghormati Uni Eropa, serta menghormati nilai-nilainya, juga tidak berbohong dan tidak melontarkan hinaan.

Dia mencatat bahwa Prancis telah menyampaikan belasungkawa kepada Turki setelah gempa mematikan di Laut Aegea. Prancis juga menawarkan mengirim bantuan ke lokasi bencana.

Dalam kesempatan itu, Macron juga menyinggung intervensi Turki di Suriah, Libya dan Mediterania.

Dia menyebut intervensi Turki di Suriah sebagai sesuatu yang mengejutkan. Macron menilai campur tangan Turki di negara itu merupakan agresi bagi sekutu NATO.

Kata dia, Ankara tidak menghormati embargo senjata di Libya, serta menunjukkan sikap sangat agresif di Mediterania timur.

"Saya perhatikan bahwa Turki memiliki kecenderungan imperial di kawasan dan saya pikir kecenderungan imperial ini bukanlah hal yang baik untuk stabilitas kawasan, itu saja."

Ketegangan antara Prancis dan Turki memuncak akhir pekan lalu ketika Erdogan mempertanyakan kesehatan mental Macron yang dipicu pernyataannya yang membela publikasi kartun Nabi Muhammad dan menghina Islam.

Prancis merespons dengan memanggil duta besar mereka di Ankara.

Namun pada hari Sabtu, Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian mengatakan Prancis akan mengirim kembali duta besar ke Ankara setelah absen sepekan.

Le Drian mengatakan kepada penyiar RTL bahwa Turki dengan sengaja memanfaatkan pemenggalan guru di Paris untuk meluncurkan kampanye penuh kebencian dan fitnah terhadap Prancis.

Guru bernama Samuel Paty itu dipenggal pada 16 Oktober lalu karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi kelas tentang kebebasan berbicara.

Namun Le Drian mengatakan kecaman Turki atas serangan penusukan di sebuah gereja di Nice beberapa hari lalu membuat Prancis memutuskan untuk kembali mengirim duta besar ke Ankara.

Menurut dia, kali ini pesan Turki berbeda, tetapi tanpa klarifikasi.

"Kami meminta duta besar kami untuk kembali ke Ankara besok untuk menindaklanjuti permintaan klarifikasi dan penjelasan ini dengan otoritas Turki," ujarnya. source

0 Komentar

close