Investor UEA Belum Sepakat Investasi di Aceh, Ini Alasannya

Murban Energy selaku investor dari Uni Emirat Arab (UEA) menunda penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk menanamkan modalnya di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh. Perjanjian tersebut secara jadwal semustinya disepakati pada 2 November 2021 lalu.

Menteri Investasi/Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), Bahlil Lahadalia, coba buka suara mengenai alasan Uni Emirat Arab yang masih urung menggelontorkan investasi ke pulau wisata di Aceh tersebut.

"Menyangkut kawasan pulau pariwisata kenapa tidak jadi diteken, kalau kami teken sesuatu itu kita harus meyakini orangnya bisa jalan atau tidak," kata Menteri Bahlil dalam sesi teleconference, Kamis (11/11).

Menurut dia, masih ada beberapa poin yang belum mencapai kesepakatan antara Murban Energy selaku calon investor dari UEA dengan Pemerintah Daerah Aceh.

"Nah, kemarin masih ada 1-2 poin yang terjadi diskusi untuk implementasi investasi Murban di Aceh," ujar dia.

Namun, Menteri Bahlil menggarisbawahi, penundaan investasi ini bukan berarti gagal sama sekali. Tapi, UEA seolah masih menahan diri untuk menggelontorkan dananya kepada sektor pariwisata di Aceh.

"Itu untuk sementara ter-pending, bukan berarti tidak jalan. Ini butuh waktu sedikit, sebab masih ada beberapa persepsi yang harus kita sama-sama luruskan," tegas Menteri Bahlil.

Uni Emirat Arab Bakal Investasi Rp7,2 Triliun di Aceh Singkil

Uni Emirat Arab (UEA) dikabarkan akan berinvestasi sekitar USD 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun di Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menilai invetasi tersebut akan memberikan kontribusi bagi perekonomian di Aceh.

"Saya yakin ini dapat kasih kontribusi banyak bagi perekonomian Aceh," kata Luhut dalam rapat koordinasi Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Aceh, Jakarta, Rabu (21/4).

Demi menunjang investasi tersebut, maka diperlukan pembangunan infrastruktur yang mumpuni, seperti pendirian Pelabuhan Singkil dan Bandara Syekh Hamzah Fansyuri.

Menanggapi itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno akan memastikan proyek besar di Kabupaten Singkil sebagai destinasi utama daerah pengembangan pariwisata baru di Indonesia ini dapat terealisasi. Alasannya proyek ini akan membuka banyak lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja.

"Karena ini akan membuka banyak lapangan pekerjaan,” kata Sandi

Progres pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhoukseumawe juga dikulik dalam rapat ini. Kondisi usaha atau kegiatan ekonomi di lokasi KEK dan infrastruktur penunjang di sekitarnya seluas 2.622,48 hektar perlu menjadi perhatian.

Kegiatan utama di lokasi ini, meliputi pembangunan dan pengelolaan kawasan, industri energi, industri petrokimia, industri pengolahan kelapa sawit, dan logistik yang akan melibatkan 40.000 orang pada tahun 2027.

"Di dekat KEK Arun juga terdapat Bandara Malikul Saleh yang direncanakan untuk diperpanjang runway-nya," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono pun mendukung pembangunan infrastruktur di Provinsi Aceh. Termasuk pembuatan tambak udang di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang yang ditargetkan rampung tahun 2021.

"Titik ini diharapkan dapat meningkatkan sektor ekonomi dengan menghasilkan udang sebanyak 2 juta ton," kata Trenggono.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor perikanan budidaya, produksi pertanian dan kehutanan di Aceh menunjukkan respon positif. Di tahun 2020, tingkat lapangan usaha sudah mencapai 30,9i persen. Artinya, Aceh telah ikut berkontribusi untuk mendorong perekonomian nasional.

"Hal ini mengindikasikan bahwa pertanian di Aceh juga berkontribusi bagi perekonomian nasional," ujarnya. source

0 Komentar

close