Warga yang Buka Warung Kopi Rp 5 Ribuan di Sirkuit Mandalika Bisa Dapat Rp 3,5 Juta

Penyelenggaraan gelaran Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) dan World Superbike (WSBK) di Sirkuit Mandalika menjadi berkah tersendiri bagi warga Ebunut yang masih tinggal di areal Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Mereka memanfaatkan momen tersebut untuk membuka warung makanan dan minuman dengan harga murah.

Warung warga tersebut berada di areal sebelah barat sirkuit, di belakang tribun utama. Berjejer bersama tenda-tenda UMKM yang disediakan penyelenggara, Indonesian Tourism and Development Corporation (ITDC).

Warga dapat berjualan di dalam kawasan sirkuit dikarenakan tanah tempat mereka mendirikan warung masih menjadi milik mereka. Tanah tersebut belum dibebaskan oleh ITDC.

Para warga tersebut bertempat tinggal di Dusun Ebunut, Desa Kuta Mandalika. Lokasinya tepat berada di dalam kawasan sirkuit Mandalika.

Ibu Yanti, warga Dusun Ebunut jadi salah seorang warga yang membuka warung di sana.  Ia mengatakan bahwa omzetnya meningkat akibat event IATC dan WSBK ini.

"Alhamdulillah ya kita dapat sekitar 3,5 juta," katanya.

Terlihat memang warung yang dibuka warga lokal ini lebih ramai dibandingkan pedagang yang berjualan di tenda UMKM. Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan di warung tersebut lebih terjangkau jika dibandingkan dengan yang lain.

Nasi bungkus bisa didapat dengan harga Rp 13 ribu saja. Untuk kopi kemasan sachet, bisa didapatkan dengan harga Rp 5 ribu.

Berbanding terbalik dengan yang ditawarkan di tenda UMKM. Harga untuk nasi kotak paling rendah bisa didapat dengan harga Rp. 75 ribu, kemudian untuk harga kopi terendah ada di kisaran harga Rp 25 ribu.

Viki, jadi salah seorang pengunjung yang memilih makan di warung warga. Ia mengatakan alasan memilih warung warga menjadi pilihan untuk makan dikarenakan harganya yang memang lebih irit di kantong.

"Ya saya makan di sini karena murah, dan saya memang cari nasi bungkus," katanya.

Makanan yang ditawarkan di warung warga tersebut memang lebih merakyat. Baik dari segi harga dan makanan yang ditawarrkan.

Sementara itu, Nazla dan Nina memilih makan di warung warga tersebut karena memang makanan yang mereka cari di tenda UMKM telah habis. Warung warga menjadi satu-satunya alternatif bagi mereka untuk mengisi perut.

"Kita ke sini karena makanan di sana sudah habis," kata dua perempuan asal Gomong, Mataram tersebut. source

0 Komentar

close