Stafsus Jokowi Kunjungi Aceh-Sumbar-Sulteng soal Isu Toleransi, Ini Hasilnya

Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodok (Jokowi), Ayu Kartika Dewi, melakukan kunjungan kerja ke Aceh, Sumatera Barat (Sumbar) dan Sulawesi Tengah (Sulteng), karena penasaran dengan kondisi toleransi di tiga wilayah tersebut. Hasilnya, Ayu menilai masalah toleransi di Aceh, Sumbar dan Sulteng, masih menjadi pekerjaan rumah (PR).

Baca Juga: JK Kenang 17 Tahun Tsunami Aceh: Kami Menangis

Stafsus Presiden Jokowi, Ayu Kartika Dewi (Dok. 20detik)

"Tiga daerah ini punya berbagai cerita tentang intoleransi, jadi saya ingin datang langsung untuk mengetahui situasi sebenarnya. Selain itu, saya juga ingin mendapatkan inspirasi dari banyak aktivis toleransi, mulai dari anak muda sampai akademisi, yang sudah banyak bergerak untuk menjaga perdamaian," ujar Ayu dalam keterangan tertulis, Minggu (26/12/2021).

Dalam kunjungan pertama ke Aceh, Ayu mengaku menerima banyak informasi mengenai toleransi, termasuk penerapan syariat Islam dari berbagai pihak. Dari Gubernur Aceh Nova Iriansyah misalnya, dia menilai toleransi dan keberagaman di Serambi Mekah mampu tumbuh meski memiliki banyak tantangan.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR Kagum Kemajuan Infrastruktur Aceh Pasca Tsunami

Sedangkan dari tokoh masyarakat hingga pemuda, Ayu mencatat bahwa toleransi di Aceh memang harus diperkuat. Dia mengakui permasalahan intoleransi adalah realitas di berbagai tempat di Indonesia, termasuk di Aceh.

Meski demikian, dia mengaku bangga banyak anak muda dan aktivis toleransi di Aceh yang terus memperjuangkan kebhinnekaan di Aceh.

Adapun dalam kunjungan ke Sumbar, Ayu menilai toleransi juga masih menjadi pekerjaan rumah. Lewat diskusi dengan pegiat toleransi hingga pemuda, Ayu mencatat masih ada tindakan intoleran yang menimpa kelompok minoritas.

Salah satu kasus intoleran yang cukup menyita perhatian adalah kasus seorang siswi SMKN 2 Padang beragama Kristen yang diminta untuk menggunakan kerudung. Meski permasalahan itu telah selesai, Ayu menilai kejadian serupa akan terulang jika tidak ada dukungan regulasi lokal yang benar-benar bisa melindungi kelompok minoritas.

Bagi Ayu, intoleransi bukan masalah sederhana. Intoleran memberi dampak buruk terhadap korban hingga kehidupan sosial sebuah wilayah.

"Benang merah permasalahan intoleransi adalah diskriminasi terhadap kelompok yang berbeda," ujarnya.

Berkaitan dengan kondisi toleransi di Sumbar, Ayu juga sempat bertemu dan berdiskusi dengan Gubernur Mahyeldi. Dia menganggap Mahyeldi memiliki komitmen untuk memperkuat toleransi di Sumbar.

Selain berkolaborasi, Ayu menyebut Mahyeldi satu suara dengan Gubernur Aceh, mendukung rencana pemerintah pusat menjadikan 2022 sebagai Tahun Toleransi.

Sedangkan dalam kunjungan terakhir ke Sulteng, Ayu mengaku mendapat banyak informasi terkini terkait perkembangan penanganan korban pasca-peristiwa teror yang menimpa warga di Sigi. Bagi Ayu, dampak terorisme tidak berhenti di hanya 'sekadar' kekerasan.

Terorisme, lanjutnya telah membuat warga harus berpindah tempat tinggal, kehilangan mata pencaharian, kesehatan mentalnya terganggu, dan hingga menimbulkan dendam yang berkepanjangan.

"Terorisme harus dibasmi sampai ke akarnya. Intoleransi harus dicegah sejak dini," ujar Ayu.

Ayu juga mengaku sempat mengikuti Misa Natal di salah satu gereja di Palu. Selain untuk memantau langsung toleransi di sana, kehadirannya diklaim sebagai bentuk mengampanyekan toleransi antar-umat beragama.

"Kita yang toleran tidak lagi bisa berdiam diri. Kita tidak bisa menjadi orang toleran, tapi pasif. Kita semua harus ikut serta secara proaktif menjaga toleransi dan melindungi kelompok yang didiskriminasi," ujarnya.

Berkaitan dengan peristiwa intoleran, Ayu juga kembali mengajak korban untuk bersuara dan melapor. Bahkan dia mengajak semua pihak juga berani mempertanyakan regulasi yang diskriminatif.

"Saya juga mengajak kita semua untuk saling menguatkan. Misalnya, jika ada teman yang mengalami tindakan intoleransi. Jika kita tidak bisa ikut memperjuangkan, setidaknya kita ikut menguatkan," ujar Ayu.

Lebih dari itu, Ayu menyatakan toleransi bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Sehingga, dia kembali berharap seluruh masyarakat ikut berperan dalam menjaga toleransi di Indonesia.

"Peran serta masyarakat sangatlah besar dalam menjaga toleransi. Saya ingin mengajak agar kita proaktif menjaga keberagaman, dan proaktif melindungi kelompok yang terdiskriminasi," ujarnya, Ayu berharap Natal tahun ini mendatangkan kedamaian bagi semua umat. source

0 Komentar

close