Sesajen, Keyakinan dan Pentingnya Saling Menghargai

Baru-baru ini viral video di jagat maya yang memperlihatkan seorang pria membuang dan menendang sesajen yang diletakan di kawasan gunung Semeru. Entah apa yang melatari perbuatan tersebut, namun saya merasa aksi itu dinilai tak pantas apalagi menjadi bahan tontonan banyak orang.

Bukan hanya saya, tetapi banyak orang di Indonesia mengecam perbuatan pria yang ada dalam video viral tersebut. Salah satunya, Bupati Lumajang Thoriqul Haq turut angkat bicara soal sesajen yang ditendang oleh seorang pria di lokasi terdampak gunung Semeru itu.

Ia pun meminta relawan agar mencari identitas pria itu untuk dimintai klarifikasi terkait apa yang dilakukannya. Thoriqul Haq menilai aksi pria itu telah mencederai kepercayaan kelompok tertentu dan juga mengganggu kedamaian masyarakat Lumajang.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia sesajen memiliki arti yang berkaitan dengan sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang ghaib. Sesajen atau sajen terdiri dari makanan atau bunga-bunga yang diletakan di sebuah tempat yang dianggap keramat yang dipercaya dapat mendatangkan keberkahan atau ngalap berkah. Bahkan sesajen itu dipercaya dapat menjauhkan warga kampung dari mara bahaya atau dikenal dengan tolak bala.

Sesajen itu sendiri berarti hidangan atau sajian yang dipersembahkan kepada roh halus atau hal-hal yang tak kasap mata. Biasanya sajen itu ditempatkan di lokasi yang dianggap sebagai penyebab terjadinya bencana di daerah itu. Hal itu dimaksudkan agar sajen tersebut dapat menolak bencana yang dapat mendatangkan malapetaka bagi penduduk setempat. Seperti sesajen yang berada di gunung Semeru. 

Namun berbeda dengan sebuah kelompok tertentu yang memiliki kepercayaan sebaliknya. Diantara kepercayaannya itu, mereka sama sekali tidak mempercayai bahwa sesajen dapat mencegah suatu bencana. Mereka hanya percaya kepada kehendak sang Pencipta semata. Dan mereka memiliki keyakinan apa yang terjadi di muka bumi ini semua karena kehendak-Nya. 

Menurut pandangan mereka, membuat sesajen itu justru dapat mendatangkan azab dari Allah, karena hal itu termasuk kategori perbuatan menyekutukan Allah dan tidak dibenarkan dalam ajaran agama tertentu.

Dua keyakinan diatas merupakan sebuah fenomena yang selama ini ada di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Perbedaan keyakinan tersebut menurut saya tak perlu diperdebatkan atau tak perlu menjadi pemicu perpecahan di kehidupan rakyat Indonesia yang beragam ini.

Kita perlu menghargai perbedaan dan mengedepankan sikap saling toleransi kepada sesama manusia. Banyak yang bilang perbedaan adalah anugerah yang harus tetap dijaga dengan baik agar tidak berbuah bentrokan. Karena kita hidup di sebuah negara yang banyak suku, budaya, bahasa yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan kedewasaan dalam berpikir. Memang tidak mudah untuk menyatukan hati dan pikiran yang berbeda-beda. 

Mari kita membiasakan budaya saling menghargai kepada orang lain. Menghargai sebuah tradisi, adat istiadat, kearifan lokal yang dimiliki masyarakat tertentu akan membawa kita pada kedamaian. Kita bisa hidup berdampingan dengan rukun tanpa ada pertikaian satu dengan yang lain. Kita satukan tekad untuk saling asah, asih dan asuh. 

0 Komentar

close