Ratusan Imigran Rohingya di Bireuen Diusir Warga Setempat

Sebanyak 114 imigran asal Myanmar etnis Rohingya yang ditempatkan sementara di Desa Alue Buya Pasie, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen diusir oleh warga setempat.

Imigran Rohingya diusir warga.

Sebelumnya, pada 6 Maret 2022, etnis Rohingya memasuki desa tersebut, kemudian warga menampung di Meunasah dan Balai pengajian gampong setempat.

Sepekan kemudian, warga meminta agar imigran Rohingya itu untuk segera dipindahkan ke tempat yang lebih layak, dikarenakan Meunasah tersebut merupakan tempat ibadah masyarakat. 

Kepala Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Bireuen, Zulfikar mengatakan, sebelumnya masyarakat telah menyampaikan kepada pihak terkait soal pemindahan itu.

Bahwasanya masyarakat hanya dapat menerima etnis Rohingya sekitar sepekan di tampung daerah tersebut, setelahnya berharap segera dipindahkan ketempat yang lebih layak

"Ada berbagai alasan masyarakat mengusir Rohingya dari desa tersebut, salah satunya tempat yang ditempati saat ini sangatlah tidak layak, dikarenakan sebuah tenda darurat," katanya kepada AJNN, Minggu (20/3).

Apalagi, lanjut Zulfikar, saat ini musim hujan. Sudah berapa kali etnis Rohingya tersebut berpindah tenda  tengah malam, dikarenakan tergenang air hujan," ujar Zulfikar.

Zulfikar menyebutkan, setiap kali masyarakat bertanya kapan dipindahkan, jawaban yang masyarakat terima hanya segera akan dipindahkan. 

"Masyarakat bukan tidak menerima ratusan etnis Rohingya ini, dikarenakan merasa kasihan tempat yang Rohingya tempati saat ini di tenda darurat. Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) yang tidak memadai, apalagi saat ini musim hujan, hal tersebut sangat berpengaruh pada kesehatan," jelas Zulfikar.

Oleh karena itu, masyarakat mengambil inisiatif untuk memindahkan Rohingya dari desa itu. Agar pihak Pemerintah, IOM dan UNHCR segera ambil tindakan yang nyata terhadap pengungsi tersebut.

"Semoga etnis Rohingya ini segera mendapatkan tempat yang lebih layak, jika hujan tidak bocor, fasilitas sehari-hari yang diperlukan memadai," ungkapnya.

Zulfikar juga sangat menyayangkan, ketika melihat sendiri di lapangan, saat turun hujan, mereka basah semua.

"Berulang kali pindah-pindah tenda tengah malam. Itu sangat tidak layak, sehari dua hari tidak masalah, ini bahkan sudah sepekan," imbuh Zulfikar. source

0 Komentar

close