Waduh! Usai Nasi Padang, Kini Muncul Nasi Gurih Aceh dengan Lauk Dendeng Babi

ACEHSERAMBI.COM - Setelah viral nasi Padang rendang babi, warganet kini dihebohkan dengan nasi gurih Aceh lauk dendeng babi.

Kabar mengejutkan ini pertama kali diungkap oleh salah seorang pengusaha muda asal Aceh, Muhammad Raji Firdana.

Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya @rajifirdana, pria itu mengaku pernah menemukan tempat sarapan yang menjual nasi gurih/uduk khas Aceh tetapi dengan lauk non halal.

Raji bercerita, saat itu dia dan keluarga hendak makan di warung nasi gurih Aceh langganan di daerah Pluit, Jakarta Utara.

Tetapi ternyata di hari itu warung tersebut tutup. Sehingga dia mencari opsi lain di Google.

"Singkat cerita, hasil dari gugling ketemu lah @nasi_uduk_aceh77 yg lokasi masih seputaran Pluit juga. Sambil buru-buru langsung ke lokasi pasar Muara Karang, pas sampe di lokasi kita ga curiga sama sekali karena brand yang dimunculinkan “Nasi uduk Aceh”, tapi pas ngeliat dendengnya punya warna yang unik dan beda dengan dendeng yang biasa kita liat di Aceh,” tulisnya.

Karena penasaran, dia pun bertanya ke penjaga warung, tetapi pertanyaannya tak digubris.

“Malah pelanggan di situ yang jawab, rupanya bener aja, dendeng yang dijual rupanya ga halal, dan berbahan dasar babi. “Seinget” saya malah karyawan disitu ada yang pake jilbab. Setelah itu kita langsung pulang dan cari sarapan di tempat lain,” sambungnya. 

Raji menyebut dia sangat mengecam penabalan nama Aceh pada makanan tidak halal seperti nasi gurih dendeng babi yang dijual warung tersebut.

Pasalnya Aceh sangat identik dengan Islam dan dapat kewenangan otonomi khusus dari pemerintah pusat untuk menjalankan hukum syariat Islam.

“Kita ga mempermasalahkan soal makanan babi atau semacamnya, karena kita semua punya HAK dan dilindungi , tapi perlu di garis bawahi juga, kalau Aceh juga punya Undang-Undang tersendiri terkait kekhususan Syariat Islam. saya pikir semua orang pasti tau kalau #MASAKANACEHHALAL, orang2 kalo mau kulineran masakan Aceh gaperlu ragu soal kehalalannya.”

“Jadi yang saya kritisi adalah brand Aceh yg muncul di produk tsb, tapi menjual makanan non Halal. Saya pikir kurang arif Masakan Aceh/ brand nama Aceh disandingkan dengan makanan non halal,” jelasnya.

Raji sendiri mengaku lahir dan besar di lingkungan heterogen sehingga dia tidak mempermasalahkan perbedaan dalam selera memilih makanan.

Tetapi dia sangat menyayangkan pelabelan nama Aceh di kuliner non halal yang dijual di warung nasi gurih yang berada di Kawasan Pluit, Jakarta Utara itu. 

“Sekali lagi, saya lahir dan besar juga di lingkungan teman-teman non muslim. Jadi saya tidak mempermasalahkan usaha makanan non halal nya, tapi menempatkan nama ACEH yg identik dengan Keislamanan dan Kehalalannnya yg disandingkan dengan makanan non halal saya pikir kurang bisa diterima masyarakat Aceh khususnya,” ungkap Raji. source

0 Komentar

close