Wabah Belum Reda, DPP LDII dan Epidemiolog Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada

Jakarta (16/11) -Wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) mulai mereda, namun di beberapa wilayah di Indonesia kembali menunjukan tren peningkatan. Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengingatkan masyarakat agar tetap menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terinfeksi Covid-19 varian baru.

“Meski sudah vaksin booster sekalipun, jika kondisi tubuh lemah memungkinkan varian terbaru Covid-19 (XBB). Apalagi gejalanya hanya mirip seperti gejala batuk-pilek, sakit tenggorokan. Karenanya ikhtiar penting termasuk vaksin tambahan itu,” ujarnya.

Dicky juga mengajak masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dengan mengubah gaya hidupnya untuk mencegah dan menghadapi penyakit, “Harus diketahui, masyarakat kita umumnya sakit di rumah, bukan ke rumah sakit yang terdata tenaga kesehatan,” ujarnya. 

Maka dari itu, Dicky tegas menyarankan masyarakat agar melakukan konsultasi dengan dokter jika berniat berobat," “Jangan beli obat tanpa resep sebetulnya. Itu bahaya,” kata dia. 

Anggota Ikatan Dokter Indonesia sejak 1998 itu menyebut, Wuhan melakukan penguncian di sejumlah wilayah atau lockdown kembali karena dampak long covid menjadi isu yang serius. “Karena itu (lockdown) merupakan upaya mencegah infeksi lebih baik daripada mengobati,” katanya.

Varian baru Covid-19 XBB di Indonesia, menurut Dicky, harusnya semakin menurun jumlah kasusnya. Namun ia menyayangkan penerapan protokol kesehatan yang justru juga menurun jauh. 

Menurut Dicky, Covid-19 varian XBB merupakan subvarian/turunan varian Omicron yang dianggap lebih cepat penularannya pada manusia dan mampu melampaui booster, "Hal itu semakin diperparah akan tingginya tingkat mobilisasi manusia dengan kecanggihan transportasi," jelasnya.

Dalam konteks seperti long Covid, dengan banyak keluhan seperti sesak nafas, bukan hal yang tidak mungkin menjadi krisis meski sudah akhir pandemi. "Long Covid akan meningkat pada orang yang sudah terinfeksi lebih dari dua kali," katanya.

Dalam kondisi itu, katanya, kewaspadaan masyarakat sangat diperlukan. Pasalnya dari sisi kondisi global, belum ada negara yang memiliki status siap menghadapi ancaman pandemi. Global Health Security Index, Indonesia berada di peringkat menengah. 

Dicky menyarankan, pemerintah Indonesia perlu membangun sistemnya terlebih dahulu,  "Sistem rujukan penanganan penyakit misalnya, hal seperti itu perlu dipikirkan. Di Indonesia contohnya, belum ada toxic call center, sedangkan di negara maju sudah ada," ungkap warga LDII yang tinggal sementara di Australia itu. 

Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto mengingatkan masyarakat agar lebih waspada dengan adanya penularan Covid-19 terutama varian baru.

“Misalnya dengan mengubah gaya hidup, seperti ekonomi keluarga diupayakan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang mencukupi gizi dan kesehatan keluarga,” imbuhnya.

Ia menjelaskan, dengan menyediakan dana keluarga untuk keperluan pangan dan kesehatan. Di musim pancaroba saat ini menurutnya makanan bergizi sangat penting.

Keluhan flu, deman, hingga diare di musim penghujan makin sering dirasakan warga, “Apalagi Covid-19 belum benar-benar reda, orang awam akan sulit membedakan flu biasa atau Covid-19,” ujarnya.

Bagi warga yang rumahnya jauh dari fasilitas kesehatan, terutama di pedesaan, KH Chriswanto menyarankan untuk memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman obat, “Hal itu perlu dilakukan untuk pertolongan pertama, sebelum memeriksakan diri ke dokter atau Puskesmas,” pungkasnya.

0 Komentar

close