Masih Ada yang Berpikir Usai Shalat di Masjid LDII Langsung Dipel, KH Thoyibun: Saya Tegaskan, Itu Tidak Benar

Ketua Ponpes LDII Budi Utomo Surakarta KH Thoyyibun mengisi acara di hadapan ratusan guru tergabung dalam Forum Keluarga Besar Guru Muslim SMA Surakarta.

Ketua Ponpes LDII Kota Solo menjadi pengisi acara Silaturrahim Antar Guru Muslim Kota Solo. Foto: LINES.

Acara itu digelar di Gedung Majelis Tafsir Alquran Kota Solo pada Kamis (15/12) lalu. Dalam kesempatan itu, Pimpinan Ponpes Budi Utomo Surakarta, KH Thoyyibun menyuarakan pentingnya saling menghargai antar umat seagama untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian.

"Perbedaan itu hal wajar, jangan diperdebatkan dalam beragama karena itu merupakan bentuk keyakinan masing-masing. Dengan memperdebatkan perbedaan malah bisa memicu pertengkaran dan perpecahan bangsa," katanya.

Menurutnya, perbedaan yang terjadi di kalangan umat muslim tidak perlu ditonjolkan.

“Karena sebenarnya sesama umat muslim itu banyak memiliki kesamaan, baik itu ormas NU, Muhammadiyah, MTA, LDII, dan kelompok lain. Perbedaan itu hal biasa dan indah, jangan terus menerus ditonjolkan,” lanjutnya.

Ia menegaskan, kemungkinan adanya pandangan masyarakat mengenai LDII yang dinilai eksklusif. “Contoh beredar isu kalau shalat di masjid LDII, setelah orangnya pergi lalu dipel masjidnya. Mungkin masih ada yang berpikiran seperti itu. Saya tegaskan, itu tidak benar,” ujarnya.

KH Thoyyibun menegaskan, masjid LDII sangat terbuka untuk umum sehingga siapapun boleh masuk dan melakukan ibadah shalat.

“Kenapa tidak dibalik logikanya, seperti hendak menjaga kebersihan masjid. Sehingga, umat muslim yang hendak beribadah melaksanakan salat juga merasa nyaman. Masjidnya bersih terjaga. Apalagi saat ini juga masih pandemi,” terangnya menambahkan.

Dalam acara yang mengangkat tema "Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah, Perkuat Ukhuwah Islamiyah yang Bersinergi dan Berkontribusi dalam Membangun Harkat dan Martabat Bangsa" itu Thoyyibun mengajak seluruh guru di Kota Solo saling menghargai satu sama lain. 

"Agar lebih menjunjung tinggi persamaan daripada memperuncing perbedaan. Dan agar para guru mendidik siswa sekolahnya dengan beragam ilmu sehingga, pemahaman agama para siswa menyeluruh," katanya.

Ia mengingatkan, para guru agar mampu mendidik murid-muridnya sehingga siswa dapat memahami agama Islam secara baik dan benar. Ia juga menjelaskan, mendidik tidak sama dengan mengajar yang hanya menyampaikan materi saja.

"Mendidik itu susah. Karena kunci sukses generus dalam memahami agama Islam ada pada tangan para guru sekalian," ujarnya.

0 Komentar

close