Sambut Tahun Politik, Ketum DPP LDII: Jangan Terjadi Komunikasi Politik Populis atau Politik Identitas

Tahun politik di ambang pintu harus disambut dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan sampai terjadi komunikasi politik populis ataupun politik identitas sebagaimana dua pemilu sebelumnya.

“Kegaduhan yang ditimbulkan para elit politik, menimbulkan masalah kebangsaan berlarut-larut. Padahal, Indonesia bukanlah negara yang kebal terhadap krisis yang sedang dihadapi dunia,” kata KH Chriswanto di Jakarta, Rabu (21/12).

Menurut KH Chriswanto, informasi yang beredar di media sosial dan statment elit politik di media massa bisa memicu masyarakat untuk turut riuh di ruang publik.

“Isu-isu agama versus nasionalisme, jabatan presiden tiga periode, mempertentangkan anggaran IKN dengan pemilu, menjadi sorotan masyarakat dan membuat kehidupan mereka menjadi tidak tenang. Apalagi sengaja memframing isu-isu itu, agar menjadi trending topic,” pungkasnya.

Hal-hal semacam itu, katanya, akan berdampak buruk bagi stabilitas keamanan nasional dan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. 

"Fenomena tersebut menjadi kontraproduktif di tengah-tengah masyarakat. Pengalaman dua pemilu lalu, sampai ada kerabat yang tidak saling tegur sapa,” ungkap KH Chriswanto. 

Ia meminta masyarakat bersikap bijak terutama di ranah media sosial. Biasakan mengkonfirmasi dan cek ricek kebenaran sebuah informasi dan berita yang lalu lalang di internet.

“Jangan mudah termakan gosip, isu yang tidak terverifikasi, apalagi hoaks di media. Selama ini, ada sebagian masyarakat yang menganggap media sosial sebagai sumber informasi yang valid dan terpercaya. Akibatnya, mereka sulit membedakan mana informasi yang benar dan hoaks,” ujarnya. 

Sementara itu, Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) DPP LDII, Rully Kuswahyudi mengimbau masyarakat tidak mudah mempercayai informasi di media sosial yang belum jelas kebenarannya. Ia juga mengajak untuk memfilter dalam mengikuti akun-akun media sosial apakah resmi atau bukan.

"Media sosial merupakan bagian dunia maya, yang semua orang bisa melakukan kamuflase untuk berbagai tujuan dan kepentingan, termasuk tujuan negatif bahkan merusak,” ungkapnya. 

Bahkan informasi dari media massa juga bisa dipelintir untuk dijadikan konten lalu disebarkan di dunia maya. Media sosial sudah menjadi lahan yang subur dan menguntungkan bagi para pemecah-belah persatuan bangsa.

"Maka dari itu, jangan mudah percaya. Jika ragu atas kebenaran sebuah informasi supaya bertanya kepada mereka yang dianggap ahli. Setelah mendapat informasi, jangan mudah membagikannya di grup-grup WA atau medsos, agar tidak membuat gaduh,” tutur Rully. 

Rully mengingatkan warganet untuk berpikir dampak dari informasi yang disebarkan, apakah membawa manfaat atau justru sebaliknya. 

"Saring informasi sebelum sharing. Dengan prilaku itu, kita memiliki andil menyelamatkan bangsa dari keterpurukan dan keterpecahan,” pungkasnya. 

Selain itu, ia menambahkan, tahun politik adalah tahun bercampurnya ekonomi dan kepentingan politik untuk merebut hati rakyat. 

“Dalam upaya merebut hati rakyat, anggaran besar digelontorkan untuk mempengaruhi rakyat. Baik dengan edukasi politik, program yang prorakyat, sampai kampanye hitam,” ujarnya. 

Kampanye hitam menurutnya bisa diredam dengan cara menahan diri untuk tidak menyebarkan berita atau informasi yang kontraproduktif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

0 Komentar

close