Demi Genjot Pariwisata, Arab Saudi Persilakan Turis LGBT Berkunjung

Kebijakan Arab Saudi yang mengizinkan kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) berkunjung ke negara kerajaan tersebut menuai pro dan kontra di tengah masyarakat internasional. 

Di satu sisi, tindakan ini dianggap sebagai langkah maju dalam sektor pariwisata, di sisi lain dianggap sebagai pengkhianatan terhadap nilai dan budaya Islam.

Pemerintah Arab Saudi melalui Otoritas Pariwisata Saudi (STA) menyatakan bahwa siapa saja dipersilakan untuk berkunjung ke negara itu, termasuk kaum LGBTQ. 

Namun, Human Rights Watch menyatakan bahwa aktivitas seksual sesama jenis merupakan pelanggaran berat di Arab Saudi, yang dapat menyebabkan kaum pelangi diadili dengan "bukti substansial dari penegakan hukum."

Meskipun demikian, kebijakan ini dapat menjadi daya tarik bagi pasar wisatawan LGBTQ+. CEO layanan travel perjalanan mewah untuk komunitas LGBTQ Out Of Office, Darren Burns, mengatakan bahwa pelancong LGBTQ+ adalah pasar yang menggiurkan dan cenderung menghabiskan lebih banyak uang di suatu tujuan daripada pasangan heteroseksual. Hal ini dapat memberikan pendapatan besar bagi negara-negara yang menerima wisatawan LGBTQ+.

Namun, perlu diingat bahwa kebijakan ini hanya mengizinkan kunjungan bagi kaum LGBTQ+, bukan aktivitas seksual sesama jenis di Arab Saudi. 

Sebagai negara Islam, Arab Saudi tetap memegang teguh nilai dan budaya Islam serta hukum yang berlaku di negara tersebut. Oleh karena itu, para wisatawan harus menghormati budaya, tradisi, dan hukum di Arab Saudi seperti halnya ketika mengunjungi negara lain di dunia.

Pemerintah Arab Saudi berupaya untuk memajukan sektor pariwisata dengan membangun proyek-proyek mega dan futuristik demi menarik wisatawan, terutama kelas menengah atas. Meskipun kontroversial, upaya ini menunjukkan bahwa Arab Saudi ingin membuka diri dan berusaha untuk memperbaiki citra negaranya di mata masyarakat internasional.

Kebijakan yang diambil oleh Arab Saudi ini menunjukkan bahwa negara tersebut ingin membangun sektor pariwisata dan memperbaiki citranya di mata masyarakat internasional. 

Namun, perlu diingat bahwa kebijakan ini tidak mengubah hukum dan budaya Islam di Arab Saudi, yang tetap memegang teguh nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, para wisatawan harus menghormati budaya, tradisi, dan hukum yang berlaku di negara tersebut.

0 Komentar

close