Sifat Manusia yang Hanya Ingat Allah Ketika Susah

Al-Quran menggambarkan bahwa ketika manusia dihadapkan dengan bahaya atau musibah, mereka cenderung berdoa kepada Allah SWT. Namun, ketika bahaya itu hilang dan digantikan oleh nikmat, manusia seringkali lupa dan seolah-olah tidak pernah memohon dan berdoa agar musibah itu sirna. Sikap ini diuraikan dalam Surah Yunus Ayat 12 beserta tafsirnya.

Ayat tersebut menjelaskan perilaku manusia yang kurang bersyukur ketika diberi anugerah atau nikmat. Ketika seseorang menghadapi bahaya yang timbul akibat perbuatannya sendiri, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh pengakuan dan pujian, mengakui keagungan-Nya dalam berbagai situasi, baik saat berbaring, duduk, atau berdiri. Mereka terus berdoa tanpa henti dalam segala keadaan.

Namun, setelah Allah menghilangkan bahaya tersebut dari mereka, mereka kembali ke jalur yang sesat dan seolah-olah tidak pernah berdoa kepada Allah untuk mengatasi bahaya yang telah mereka alami. Sikap ini menjadi bukti bagi mereka yang melampaui batas dalam melakukan perbuatan maksiat.

Ayat ini juga menggambarkan karakter manusia yang ketika dihadapkan pada kesulitan, musibah, atau kemunduran, mereka akan mengingat Allah dan berdoa kepada-Nya, tanpa memandang situasi, apakah dalam posisi berbaring, duduk, atau berdiri. Mereka berharap agar Allah menjauhkan mereka dari segala kesulitan.

Namun, ketika bahaya, kesengsaraan, dan kesulitan itu menghilang dan mereka mulai menikmati karunia, rahmat, dan nikmat dari Allah, mereka secara bertahap melupakan Pemberi Karunia tersebut, bahkan bisa saja sampai mengingkari-Nya.

Ayat ini menunjukkan kerapuhan manusia ketika menghadapi ujian dari Allah dan menggambarkan ketergantungan manusia pada rahmat dan karunia Allah, Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan mereka. Oleh karena itu, bagi orang yang beriman, penting untuk selalu mengingat Allah, baik dalam kesulitan maupun dalam kesenangan.

Semua ujian ini merupakan ujian bagi hamba-hamba Allah untuk menguji kekuatan iman mereka. Orang yang mampu melewati ujian dengan baik, baik itu berupa kesulitan atau kenikmatan, adalah orang-orang yang akan meraih kebahagiaan abadi, baik di dunia maupun di akhirat.

Orang-orang yang melampaui batas dan sesat, seperti orang-orang musyrik di Mekah, memiliki hati yang diperdaya oleh setan. Setan membuat mereka merasa bahwa perbuatan buruk yang mereka lakukan adalah baik, sehingga ketika bahaya lenyap, mereka akan kembali sesat dan mendurhakai Tuhan.

0 Komentar

close