Rancu soal Wahabi dan Salafi dari Saudi, Apa Bedanya?

Narasi soal Wahabi baru-baru ini mencuat kembali di Indonesia setelah insiden pengusiran ustaz Syafiq Riza Basalamah saat mengadakan pengajian di Surabaya pada Kamis (22/2).

Pengusiran itu muncul setelah acara tersebut dituduh menyebar radikalisme dalam pengajian. Sejumlah pihak menganggap narasi "wahabi" sebagai ajaran yang mendukung penyebaran paham radikal.

Terlepas dari hal tersebut, label mengenai kelompok Wahabi melekat di tengah masyarakat dari negara-negara Barat hingga di Indonesia. Padahal, para pengikut ajaran tersebut mengklaim pemikiran mereka merupakan kelanjutan dari kelompok Salafiah versi Ibnu Taimiyah.

Tak sedikit orang menganggap kaum wahabi sebagai golongan fundamentalis dan radikal. Stigma ini muncul ketika kelompok yang kontra pemikiran tersebut menganggap ajaran Salafi sebagai golongan pengikut 'buta' Muhammad bin Abdul Wahhab, salah satu tokoh pembawa ajaran Salafi.

Dengan demikian, istilah Wahabi biasanya digunakan oleh orang-orang di luar kelompok ajaran tersebut. Sementara di antara kelompok yang mengikuti ajaran itu biasa menyebut sebagai Salafi.

Label Wahabi sendiri kerap dianggap terlalu menyederhanakan kompleksitas gerakan-gerakan ajaran 'pemurnian' atau salafi sehingga kerap disalapahami sebagai pengikut Bin Abdul Wahhab. Faktanya, Abdul Wahhab hanya satu dari sekian banyak ulama yang membawa ajaran 'pemurnian'.

Bin Abdul Wahhab merupakan ulama yang hidup di zaman raja pertama Saudi Abdul Aziz bin Saud. Ia yang membawa ajaran yang disebut 'pemurnian' untuk menangkal praktik keagamaan yang dinilai bidah atau yang tidak pernah dilakukan di zaman Rasulullah dan sahabatnya.

Salah satu rujukan utama Bin Abdul Wahhab berasal dari mazhab Hambali. Karena itu pula Hambali disebut sebagai mazhab resmi Saudi.

Setelah Bin Abdul Wahhab, muncul generasi ulama berikutnya di Saudi yang juga mencoba memunculkan kembali ajaran 'pemurnian' seperti Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.

Namun, dua tokoh tersebut tak lantas menjadikan Bin Abdul Wahhab sebagai rujukan dalam upaya 'pemurnian' yang mereka bawa di Saudi.

Bin Baz dan Utsaimin juga lebih merujuk langsung kepada Al Quran dan Hadis, dengan referensi yang banyak didominasi dari mazhab Hambali. Hal yang sama seperti dilakukan Bin Abdul Wahhab.

Menurut pakar kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia Sya'roni Rofii mengatakan bahwa Wahabi merupakan nama kelompok keagamaan, yang didirikan Muhammad bin Abdul Wahab, sementara ajarannya menganut paham Salafi.

"Salafi artinya kembali ke masa lampau. Kelompok Salafi berkeyakinan hanya Quran dan Hadis (dipercaya) sebagai sumber ajaran, ruang untuk ijtihad dan akulturasi budaya ditutup rapat," kata Sya'roni kepada CNNIndonesia.com pada 2022 lalu.

Mudahnya, Salafisme merupakan paham ajaran Islam yang mencoba mengembalikan kepada ketauhidan murni menurut pemahaman penganutnya.

Paham tauhid murni dalam konteksnya memurnikan Islam dari bentuk mistik, doktrin, perantara, rasionalisme, ajaran Syiah, dan praktik-praktik keagamaan yang dianggap bidah.

Sementara Salafi merupakan bentuk asal dari kata as salaf.

"Secara epistimologis, kata "as salaf: sendiri bermakna orang-orang yang hidup sebelum zaman kita," menurut Idharam dalam buku 'Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi.'

Dalam buku itu, as salaf dapat dimaknai sebagai generasi tiga abad pertama setelah Nabi Muhammad meninggal. As salaf juga berasal dari kalangan Sahabat Nabi saat masa tabi'in atau ulama-ulama segenerasi, satu atau dua generasi setelah Nabi.

Lebih lanjut, Idharam mengungkapkan bahwa siapa saja yang mengaku muslim memiliki kadar kesalafian. Walaupun ia tidak mengenalkan dirinya sebagai seorang salafi.

Namun, belakangan istilah wahabi dan salafi menjadi rancu. Salafi kerap dianggap sama dengan Wahabi atau pengikut Abdul Wahhab.

Padahal, gerakan ajaran salafi sendiri memiliki cabang-cabang yang berbeda dari sejumlah ulama selain Bin Abdul Wahhab. Di sejumlah negara Arab selain Saudi, salafi berkembang sejak puluhan tahun seperti di Yaman dan Qatar yang dibawa ulama-ulama selain ulama Salaf dari Saudi seperti Bin Abdul Wahhab hingga Bin Baz. source

0 Komentar

close