Cerita Mbah Teguh Kayuh Sepeda Klaten-Aceh Pulang Pergi

Usia Teguh Mukti Widodo sudah tidak muda lagi. Namun siapa menyangka di usianya yang 61 tahun mampu bersepeda dari Klaten, Jawa Tengah, hingga Aceh.

Tak hanya berangkat, warga Belang, Klaten Utara ini juga kembali ke rumahnya dengan mengayuh sepedanya.

Dengan penuh semangat, Mbah Teguh, panggilan Teguh Mukti Widodo, mengayuh sepedanya melintasi Jalan Wates, Kabupaten Sleman untuk kembali ke rumahnya di Klaten.

Cuaca yang panas tak menghentikan kakinya untuk terus mengayuh sepedanya.

Sebanyak dua orang dari Gezeh Touring Community dengan mengendarai sepeda motor menjemput Mbah Teguh di tengah perjalanan.

Keduanya mengawal Mbah Teguh menuju Basecamp Gezeh Touring Community di Condongcatur, Sleman.

Sesampainya di basecamp, Mbah Teguh disambut oleh anggota Gezeh Touring Community dan mendapat kalungan bunga.

Kemudian dia istirahat di basecamp sebelum melanjutkan perjalanan dengan sepedanya pulang ke Klaten, Jawa Tengah.

Teguh sebenarnya bukanlah orang yang suka bersepeda.

"Saya sebenarnya bukanlah pegowes. Saya ini hanya orang biasa yang tidak punya kemampuan untuk bersepeda," ujar Teguh Mukti Widodo saat ditemui Kompas.com di Basecamp Gezeh Touring Community Condongcatur, Kabupaten Sleman, Rabu (30/03/2022).

Mbah Teguh mengungkapkan fisiknya memang sudah tidak seperti jaman muda dulu. Bahkan untuk berjalan jauh pun sebenarnya sudah tidak kuat.

"Sebenarnya saya jalan 100 meter saja tidak mampu, orang pun tidak percaya. Alhamdulilah sekarang bisa ke Aceh dengan naik sepeda, saya sangat bahagia," ucapnya.

Menyadari kekuatanya, Mbah Teguh sebelum melakukan perjalananya terlebih dahulu latihan fisik.

Dia memulai latihan fisiknya dengan berjalan kaki. Hari ke hari Mbah Teguh menambah jarak tempuh jalan kakinya.

"Saya latihan jalan kaki selama tiga bulan, 10 kilo, 10 kilo. Pertama enggak kuat, hanya 100 meter," ungkapnya.

Setelah itu, Mbah Teguh membeli sepeda seharga Rp 570.000. Inilah pertama kalinya pria asal Klaten ini memiliki sepeda.

Sebab sejak kecil Mbah Teguh belum pernah memiliki sepeda.

"Tanggal 1 Desember di hari kelahiran saya, saya beli sepeda," tuturnya.

Selang sehari, Mbah Teguh langsung berlatih dengan sepeda barunya. Namun awal-awal fisiknya tidak kuat bersepeda menempuh jarak yang jauh.

"Tanggal 2 saya belajar, saya pikir mudah. Enggak tahunya hanya mampu 1,5 kilometer," tuturnya.

Mbah Teguh pun sempat merasa putus asa dengan kondisi fisiknya yang tidak mampu bersepeda jarak jauh. Bahkan pria 61 tahun ini sempat menangis dengan kondisi fisiknya.

"Saya putus asa karena didahului orang tua (naik sepeda). Saya merasa tidak mampu naik sepeda, saya menangis," urainya.

Seiring berjalanya waktu, Mbah Teguh memiliki semangat untuk bangkit dari keputusasaan itu.

Dia kembali tekun berlatih bersepeda hingga sehari-hari bisa mencapai jarak 40 kilometer dengan sepedanya.

Semangat itu muncul karena Mbah Teguh ingin meraih cita-citanya yaitu bersepeda dari Klaten ke Aceh.

"Tujuan saya cuma berdoa ke Masjid Raya Baiturrahman, Aceh. Bukan ke titik nol kilometernya (Sabang)," tuturnya.

Pada 21 Desember 2021, Teguh Mukti Widodo memulai perjalanan dengan sepedanya dari rumahnya di Klaten, Jawa Tengah.

Dia berangkat dengan berbekal empat pasang pakaian, dua celana panjang, sarung, selimut. Barang-barang tersebut dimasukan di dalam tas dan diikat di belakang sepedanya.

Selain pakaian, Mbah Teguh juga membawa bekal uang untuk di perjalanan berupa uang tunai Rp 186.000 dan uang cadangan Rp 1.500.000.

Meski telah berlatih fisik, tapi jarak Klaten dengan Aceh yang begitu jauh memang tidak mudah untuk dijalani oleh Mbah Teguh yang usianya menginjak 61 tahun.

Pada awal perjalanan Mbah Teguh sempat akan pingsan karena kelelahan.

"Baru 10 kilo saya mau pingsan. Tetapi ada orang baik yang menolong, saya dikasih teh dan biskuit," ujarnya.

Selama diperjalanan Mbah Teguh istirahat di masjid, SPBU dan warung makan. Termasuk tidur di emperan toko yang sudah tutup.

Berbagai rintangan dan cobaan dirasakan oleh Mbah Teguh selama perjalanan. Salah satunya, saat sampai di Palembang, Mbah Teguh harus kehilangan handphonenya karena dicuri. Kejadian tersebut saat Mbah Teguh sedang tertidur.

"Talinya dipotong, jadi handphonenya bisa diambil. Ya sudah tidak apa-apa," tegasnya.

Di sisi lain selama perjalananya menuju Aceh, Mbah Teguh banyak bertemu dengan orang-orang baik yang peduli dan membantunya.

Hingga akhirnya pada 18 Februari 2022, dia berhasil sampai di Aceh.

"Orang pun tidak percaya. Alhamdulillah saya bisa ke Aceh. Saya bukan pesepeda, tidak menyangka dan bahagia sekali," tandasnya.

Mbah Teguh menuturkan perjalananya dari Klaten ke Aceh bukan menjadi yang terakhir.

Warga Klaten ini masih ingin melakukan perjalanan dengan sepedanya ke beberapa daerah lain di Indonesia.

"Tidak berhenti di sini saya akan keliling, mungkin nanti ke Mandalika, Labuhan Bajo, Makasar, Toraja, Balikpapan, IKN, Waringin," pungkasnya. source

0 Komentar

close